Kamis, 01/03/2012 03:25 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perseteruan pengurus Partai Demokrat dan Partai Hanura akibat keberadaan Ketua DPP partai Elza Syarif sebagai pengacara M Nazaruddin terus berlanjut.
Kali ini, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Ramadhan Pohan mencurigai seringnya Nazaruddin ‘bernyanyi’ tudingan korupsi petinggi partainya karena keberadaan Elza sebagai tim penasihat hukumnya.
Ia mencurigai Elza lah yang ada di belakang “nyanyian” Nazar selama ini. Terbuka kemungkinan hal itu terjadi, karena Wiranto selaku Ketua Umum Partia Hanura merasa sakit hati karena telah kalah dua kali dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam pemiihan Presiden.
“Elsa itu kan orang Hanura. Kemungkinan besar ada kepentingan politik, karena mungkin Wiranto masih sakit hati kalah dua kali dari SBY,” kata Ramadhan Pohan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (1/3/2012).
Sejak diadili di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Nazaruddin menggandeng Elza Syarif bersama tim Hotman Paris Hutapea dan mendekat pengacara sebelumnya, OC Kaligisi.
Kemarin di luar persidangan, Nazaruddin kembali melontarkan “peluru panas” ke petinggi bekas partainya, Demokrat. Ia menyebut bahwa bekas rekan separtainya di Komisi III DPR, Didi Irawadi Syamsuddin, sebagai “koruptor” karena kerap menerima 5 ribu Dolar AS setiap masa reses.
Selain dari Nazaruddin, bekas anak buah Nazaruddin di Permai Group, Yulianis, juga menyebutkan Sekjen Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Menpora Andi Mallarangeng mendapat 5 ribu Dolar AS dari Permai Group sebelum dilakukannya pemilihan Ketua Umum partai itu di Bandung pada Mei 2010 lalu.
Namun, semua tudingan itu langsung mendapat bantahan dari punggawa partai besutan Presiden Yudhoyono tersebut. Ramadhan yang mengaku kenal watak dan sifat Ibas, tak percaya tudingan tersebut.
“Semuanya itu tidak ada pembuktiannya. Toh tudingan ke Ibas itu sering sekali, karena pasti tujuan utamanya ke SBY,” ujarnya.
Discussion
No comments yet.